MCI.com, TANGSEL – Crisis Center Unit Penanggulangan Bencana (CC UPB) GPIB FILADELFIA menggelar acara Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Kebakaran di kawasan Bintaro sektor 3, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Sabtu (10/2/2024) pagi.
Acara ini digelar untuk memberikan wawasan dan melatih tentang kebencanaan dan kebakaran serta mitigasi bagi pengurus Crisis Center dan jemaat yang menjadi anggota Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) jemaat Filadelfia Bintaro.
Hal ini disampaikan Karel Simatupang yang akrab disapa Karel selaku wakil ketua Unit Penanggulangan Bencana (UPB) Crisis Center Sinode GPIB, yang hadir sebagai narasumber.
Dikutip dari situs GPIB Filadelfia, https://gpibfiladelfiabintaro.org/halamankomisi/detail/pelkes, Crisis Center berada di dalam Komisi Pelkes (pelayanan dan kesaksian) GPIB Filadelfia.
Dalam penjelasannya, Karel menyampaikan pengalaman praktis saat ikut dalam beberapa kegiatan penanggulangan bencana gempa bumi, seperti gempa bumi di Cianjur, dimana dirinya bersama Tim CC UPB berhasil menemukan daerah yang belum sempat terjangkau bantuan. Dan mendapatkan penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ketepatan dan kecepatan penanggulangan bencana gempa bumi, menurut Karel, harus melalui tahapan yang benar. Seperti adanya assessment sebagai langkah awal, kemudian dilanjutkan dengan penanggulangan dan pemberian bantuan.
“Harus diawali assessment sebelum tim turun memberikan bantuan di lokasi, agar pelaksanaan bantuan bisa cepat dan tepat. Assesment minimal H+1,” kata Karel.
Tampak hadir mewakili PHM Jemaat Filadelfia Bintaro Pdt .Leonar Hutapea, Pnt. Winarno dan Pnt. Ivan Patikawa serta Pdt. Volentinus Hengkesa selaku Ketua 1 Pengurus GPIB MUPEL Banten, dan narasumber lainnya yaitu dr. Arie Saminarto Sutopo, Sp.KO (K) dari GPIB Filadelfia dan Aceng Asep Sopandi S.Pd. MM dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangerang Selatan, serta Dwi Nurcahyo dan Yusdianto dari Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Pondok Karya Bintaro Jaya .
Acara yang dibuka oleh Penyelenggara Kegiatan Haposan Pasaribu ini dihadiri sekira delapan puluh orang dari Majelis Jemaat dan Kaka Layan GPIB Filadelfia Bintaro serta Keamanan Lingkungan Camar Pinguin yang nampak sangat antusias dan semangat mengikuti hingga akhir acara.
Sementara itu, dr. Arie Saminarto Sutopo, Sp.KO (K) menyampaikan bahwa dirinya sebagai pencetus atau inisiator terbentuknya Crisis Center di Sinode GPIB. Dalam perkembangannya, kemudian crisis center dinamakan unit penanggulangan bencana (UPB). Namun karena awal berdirinya adalah crisis center, maka saat ini namanya digabung menjadi Crisis Center Unit Penanggulangan Bencana (CC UPB).
Dokter pencetus berdirinya crisis center ini menambahkan bahwa saat berdirinya CC UPB, tim mengalami kesulitan dalam operational karena birokrasi keuangan yang panjang, yaitu harus melalui beberapa tahapan rapat ke tingkat atas. Hal ini mengakibatkan lambatnya dana operasional turun, sementara tindakan mitigasi bencana sudah harus dilakukan tim.
“Waktu awal berjalannya Crisis Center, dana operasional lambat sekali baru turun, karena jalur birokrasi yang panjang. Sekarang harus berubah sistemnya, paling cepat 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam sudah harus turun dananya untuk penanggulangan bencana,” ungkap dr. Arie.
Mengikuti pemaparan dari narasumber di depannya, Aceng Asep Sopandi S.Pd. MM dari BPBD Tangsel juga menyampaikan pengalaman menangani bencana alam yang terjadi di Tangsel maupun daerah lainnya.
“Harus siaga tanggap bencana karena bencana bisa terjadi tanpa terduga. Pelatihan seperti ini sangat penting untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam “mitigasi bencana gempa bumi dan kebakaran,” jelas Asep.
“Kami sangat mendukung adanya Crisis Center GPIB Filadelfia Bintaro dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi dan mitigasi bencana gempa bumi dan kebakaran bagi anggotanya. Semoga dapat ikut membantu pemerintah menanggulangi dan membantu mitigasi bencana alam, khususnya di Tangsel,” tambahnya.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan simulasi pemadaman kebakaran dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang telah tersedia di gedung rumah ibadah GPIB Filadelfia Bintaro. Kegiatan simulasi dipimpin Dwi Nurcahyo selaku komandan regu (Danru) Damkar pos Pondok Karya Bintaro Jaya , didampingi pelatih Yusdianto.
Dwi menyampaikan bahwa setiap gedung rumah ibadah pun wajib menyediakan APAR yang memenuhi standard.
“Setiap gedung wajib menyiapkan alat pemadam api ringan atau APAR untuk antisipasi terjadinya kebakaran akibat adanya percikan api hubungan pendek listrik atau pun sebab lainnya. Peralatan pemadam api juga harus diperiksa setiap enam bulan dan dimasukkan dalam jadwal perawatan gedung,” ungkap Dwi.
“Jadi setiap gereja juga harus menyiapkan APAR yang memadai sesuai kebutuhan,” tambah Dwi.
Menanggapi tentang acara ini, salah satu pengurus Tim CC UPB GPIB MUPEL Banten Jelly A Goni mengungkapkan bahwa acara ini sangat baik bagi jemaat maupun pengurus gereja.
“Acara ini sangat baik untuk memberdayakan jemaat atau pengurus gereja GPIB, dalam merespon dengan cepat (quick response) setiap ada bencana baik di internal dan sekitar wilayah pelayanan,” kata Jelly sapaan akrab Jelly A Goni
Ia berharap melalui acara ini dapat melahirkan sumber daya manusia yang berpotensi untuk menjadi pelatih dan pembina di gereja atau komunitas atau organisasi di sekitar wilayah pelayanan.
Kebetulan dalam acara itu, tambah Haposan Pasaribu selaku Ketua Crisis Center UPB Jemaat Filadelfia Bintaro, hadir juga pengurus dari DKM Mesjid At-Taqwa, lingkungan Gereja dan Ketua RW 08 Camar Pinguin serta Keamanan Lingkungan, maka baik sekali kalau kita bisa jadikan event ini untuk juga berbagi kepada masyarakat sekitar.
Penutupan rangkaian acara sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dan kebakaran, dilakukan oleh Stanley H. Pattileuw selaku Ketua CC UPB GPIB MUPEL Banten. (boy/anton)